Penanganan Pemuda Nyaris Tanpa Strategi
Anggota Komisi X DPR RI, Popong Djundjunan mengatakan bahwa selama ini dalam penanganan pemuda Indonesia nyaris tanpa strategi. Ungkapan itu senada dengan paparan pakar pemuda dan pendidikan tinggi, Abdul Hakam Naja yang disampaikannya dalam RDPU Komisi X dengan Pakar Pemuda dan kependidikan A. Hakam Naja dan tokoh pemuda berprestasi Gamal Albinsaid, Selasa (18/11) di ruang rapat Komisi X DPR RI, Senayan, Jakarta.
“Saya setuju dengan Pak Hakam, dalam penanganan pemuda Indonesia selama ini nyaris tanpa strategi. Baik itu penanganan anak usia dini , apalagi saat ini dikti (pendidikan tinggi) dipisahkan dan dimasukkan ke bidang lain, ini tentu sangat tidak menguntungkan untuk pemuda itu sendiri,”ungkap Politisi dari Fraksi Partai Golkar ini.
Bukan tidak mungkin, dilanjutkan Popong, sumber daya manusia (SDM) yang berlimpah yang dimiliki Indonesia itu malah akan jadi bumerang bagi bangsa Indonesia sendiri di era globalisasi, jika tidak segera dibarengi dengan penanganan yang baik. Sebut saja pembekalan, pelatihan dan pendidikan bagi para pemuda di berbagai bidang, seperti ekonomi, politik dan budaya.
Dalam kesempatan itu Pakar Pemuda dan Pendidikan Tinggi yang sekaligus sebagai mantan Ketua Komisi II DPR RI, A. Hakam Naja mengatakan bahwa negara harus memiliki strategi untuk memberikan beasiswa kepada para pemuda. Terutama untuk bidang-bidang yang sulit. Hal tersebut semata untuk mendorong agar pemuda bisa masuk atau menekuni bidang tersebut.
Hal senada diungkapkan Gamal Albinsaid yang mengatakan bahwa tahun 2010 ia sempat memberikan proposal tentang ide pembuatan asuransi kesehatan sampah yang ia jalankan saat ini, namun ketika itu proposal tersebut ditolak. Setelah 2011 dimana Gamal lewat ide dan kiprahnya membentuk asuransi sampah itu mendapat perhatian dunia, bahkan sempat mendapat penghargaan oleh keluarga Kerajaan Inggris, pemerintah Indonesia baru memberi dukungan terhadap idenya tersebut.
Sebagaimana diketahui, Gamal merupakan dokter muda asal Malang yang menemukan ide asuransi sampah. Ia mendorong masyarakat di sekitarnya untuk mengumpulkan sampah-sampah non-organik seperti botol plastik, kardus dan kertas, maupun organik seperti daun-daunan, untuk ditukarkan dengan kartu berobat.Selain bisa menolong masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan, cara ini juga cukup ampuh untuk mengatasi masalah sampah yang ada di sekitarnya.(Ayu)/foto:iwan armanias/parle/iw.